Pengalaman Pertama di STARBUCKS



Diajak keluar dengan atasan yang kooperatif membuat saya mempunyai inisiatif untuk mencoba hal hal baru yang sebelumnya saya ragu untuk melakukannya. Sebut saja "ngopi" di STARBUCKS.Image kedai kopi yang mendunia membuat kesan pertama adalah "mahal".Tapi berhubung usulan saya diterima.. jadi ya. lanjut saja.. ;p


Ternyata setelah saya pesan.. hal yang saya dapatkan tidak haya "mahal" tapi menjadi "sangat mahal" untuk ukuran kopi yang ( menurut saya ) "aneh". Entah karena saya memang tidak biasa ngopi atau ngopi di "mall". Namun saya semakin yakin ketika atasan saya meng"iya"kan akan rasanya.

Bermula ketika saya bingung memilih menu yang terpampang rapi dengan harga yang "implisit".Akhirnya saya putuskan untuk mengeluarkan kata " yang ringan saja mbak.. ".

Namun apa yang saya dan atasan saya dapatkan sungguh di luar dugaan.. satu mug besar kopi berbusa yang kemudian saya ketahui bernama Cappuccino ( Like a latte, only much more foam; normally half milk half foam, unless "wet" or "dry" is specified (see below). This is also not sweetened, and an "iced cappuccino" doesn't really exist at Starbucks. Since iced drinks are made without foam, an iced cappuccino is the same as an iced latte. ) yang sangat kental dan pahitnya bukan main.

Jadi gak enak sama atasan. Udah beliau juga gak habis. Mana baru bilang kalo gak suka minuman kental. Padahal sebelumnya juga ngambil roti 17ribu-an di tempat yang sama. Hehehe.. STARBUCKS.. kapan ya kesana lagi ( lhoh???)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar